Beranda > Penyakit fisik > Herpes Zoster, Varicella zoster virus (VZV) – Herpes 3

Herpes Zoster, Varicella zoster virus (VZV) – Herpes 3

Varicella zoster virus (VZV) merupakan salah satu dari delapan herpes virus yang diketahui menjangkiti manusia (dan vertebrata lainnya). Ia sering menyebabkan cacar air pada anak-anak; juga penyakit sinanaga (herpes zoster) dan postherpetic neuralgia (sakit saraf kulit) pada orang dewasa.

Infeksi utama VZV adalah cacar air (varicella), yang jarang mengakibatkan komplikasi termasuk ensefalitis (radang akut pada otak) atau pneumonia (radang paru-paru). Bahkan bila gejala klinis cacar air sudah terselesaikan, VZV menjadi dorman (tidak aktif) dalam sistem saraf orang yang terinfeksi (namun suatu saat bisa menjadi aktif lagi). Sekitar 10-20 % kasus, VZV nantinya menjadi aktif kembalii yang dikenal sebagai penyakit herpes zoster atau ruam saraf. Komplikasi serius dari sinanaga termasuk postherpetic neuralgia, zoster multiplex, myelitis (radang saraf otak), herpes ophthalmicus, dan zoster sine herpete.

Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Dalam sebuah individu yang immunocompromised (kekebalan tubuh rendah), beberapa tahun atau dekade setelah terkena infeksi cacar air, virus dapat muncul lagi pada sel-sel saraf dan menular melalui saraf axons menyebabkan infeksi kulit di daerah yang mengandung syaraf. Virus menyebar dari satu atau lebih sepanjang ganglia sepanjang saraf dan menulari segmen dermatome (daerah kulit yang disuplai oleh saraf tulang belakang) menyebabkan sakit ruam. Meskipun biasanya ruam dapat sembuh sendiri dalam waktu dua sampai empat bulan, beberapa pengalaman penderita masih merasakan sisa sakit syaraf selama berbulan atau bertahun-tahun, suatu kondisi yang disebut postherpetic neuralgia.

Penularan
Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada banyak orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit antar individu.

Herpes zoster di kulit
Herpes zoster di kulit

Tanda-tanda dan gejala
Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity), atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa). Rasa sakit mungkin ekstrim terasa pada dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-sensasi yang sering digambarkan bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut, dan dapat menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari (tapi kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan karakteristik: ruam kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada seluruh tubuh, tetapi dapat muncul di wajah, mata atau bagian lain dari tubuh. Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan tampilan penyakit hives (Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan kulit terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti pola pada sabuk/belt yang terbatas pada satu sisi tubuh dan tidak menyeberangi midline(?). Zoster sine herpete menjelaskan semua pasien yang memiliki gejala-gejala dari herpes zoster ini kecuali karakteristik ruam.

Kemudian, ruam menjadi vesicular (seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya ruam-ruam kecil berisi cairan, demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle (gelembung) akhirnya menjadi berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah. Pengelupasan terjadi anatar tujuh sampai sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh dan menyembuhkan kulit tetapi kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan bekas parutan dan perubahan warna kulit.

Herpes mungkin memiliki gejala tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang terlibat. Herpes zoster ophthalmicus muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus. Hal ini disebabkan karena virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal. Pada beberapa pasien, muncul pula gejala radang lainnya pada mata seperti : conjunctivitis, keratitis, uveitis, dan saraf optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan radang mata kronis, dan kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai Ramsay Hunt syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari syaraf wajah ke saraf vestibulocochlear. Gejala termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo.

Diagnosis
Bisa ditanyakan pada dokter.

Pengobatan
Tujuan dari perawatan adalah untuk membatasi kemajuan dan durasi sakit, mempersingkat durasi dari episode sinanaga, dan mengurangi komplikasi. Perawatan gejala diperlukan untuk mencegah komplikasi terjadinya postherpetic neuralgia.

Obat antiviral menghalangi replikasi VZV dan mengurangi kemampuan dan durasi herpes zoster dengan sedikit efek samping, tapi tidak berefek untuk mencegah postherpetic neuralgia. Aciclovir merupakan obat untuk standar perawatan, namun obat baru valaciclovir dan obat-obatan serupa famciclovir menunjukkan kemanjuran lebih ketimbang obat pertama tadi. obat-obatan ini digunakan baik sebagai pencegahan (misalnya pada pasien AIDS) maupun sebagai terapi selama pada fase akut. Pengobatan antiviral dianjurkan bagi semua individu yang kekebalan tubuhnya masih baik dengan HZV ditubuhnya, sebaiknya diberikan dalam waktu 72 jam setelah tampilan ruam muncul. Komplikasi yang terjadi pada individu dengan herpes zoster dapat dikurangi dengan pemberian infusan + aciclovir. Pada orang-orang yang berisiko tinggi dengan serangan sinanaga yang berulang dapat diberi obat oral aciclovir selama lima hari.

Pasien dengan sakit ringan hingga sedang dapat diobati dengan over-the-counter analgesics. Topical lotions berisi calamine dapat digunakan pada ruam atau gelembung dan bersifat menyejukkan. Kadang-kadang, sakit parah memerlukan obat opioid seperti morfin. Setelah lesi terkelupas, dapat diberikan krim capsaicin (Zostrix). Topical lidocaine dan obat pem-blok syaraf juga dapat mengurangi rasa sakit.

(ada tambahan paragraf, bisa dibaca/English dengan mengklik alamat dibawah: ‘Herpes zoster’).

Vaksin
Vaksin VZV berisi virus ini yang sudah dilemahkan. Namun, banyak orang sesudah divaksin saat masih kecil akan tetap mendapat penyakit cacar air sesudah dewasa. Ini disebabkan karena ada kemungkinan vaksin tidak bertahan lama di dalam tubuh. Sejauh ini, data klinis telah membuktikan bahwa vaksin bisa efektif selama lebih dari 10 tahun dalam mencegah infeksi varicella dan pada individu yang sehat terobosan infeksi bisa terjadi tetapi biasanya ringan.Bagaimanapun, masih lebih banyak orang yang tertolong karena vaksin ini. Pada tahun 80 an, Vaksin dikembangkan oleh Merck, Sharp & Dohme dari strain virus yang sudah dilemahkan oleh Michiaki Takahashi dan rekannya pada tahun 70 an.

Pada tahun 2006, Amerika Serikat Food and Drug Administration menyetujui Zostavax untuk pencegahan penyakit ruam saraf. Zostavax lebih terkonsentrasi pada formulasi vaksin Varivax yang dirancang untuk mendapatkan respon kekebalan untuk orang dewasa karena penurunan kemampuan vaksin yang didapatkanya saat masih kecil karena pertambahan usia.

Sumber: Wikipedia (Herpes zoster dan Varicella zoster virus).

Pic source : Photobucket.com

Semua isi artikel ini hanyalah merupakan informasi untuk menambah pengetahuan, diagnosa dan obat untuk menyembuhkan penyakit terkait dengan artikel ini HARUS dikonsultasikan kepada dokter sesuai bidangnya terlebih dahulu.

  1. 15 Juli 2009 pukul 15:51

    Thank you for your interesting article, and your blog is also full of useful information, many find useful information.

  2. 20 September 2014 pukul 10:13

    Hello, this weekend is good in favor of me, because this moment i am reading thiis fantastic educational post here at my home.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar